pada saat ini
banyaknya kekeresan yang diterjadi di lingkungan sekolah dan lingkungan
masyarakat . mungkin kita berfikir bahwa kekerasan yang terjadi di lingkungan
sekolah dan lingkungan masyarakat adalah orang dewasa yang melakukannya. namun,
pada saat ini banyaknya perkelahian yang terjadi pada pelajar telah terungkap
di berbagai media.
faktor-faktor
yang menyebabkan perkelahian/tawuran antar pelajar
1. Faktor internal.
Remaja yang
terlibat perkelahian biasanya kurang mampu melakukan adaptasi pada situasi
lingkungan yang kompleks. Kompleks di sini berarti adanya keanekaragaman
pandangan, budaya, tingkat ekonomi, dan semua rangsang dari lingkungan yang
makin lama makin beragam dan banyak. Situasi ini biasanya menimbulkan tekanan
pada setiap orang. Tapi pada remaja yang terlibat perkelahian, mereka kurang
mampu untuk mengatasi, apalagi memanfaatkan situasi itu untuk pengembangan
dirinya. Mereka biasanya mudah putus asa, cepat melarikan diri dari masalah,
menyalahkan orang / pihak lain pada setiap masalahnya, dan memilih menggunakan
cara tersingkat untuk memecahkan masalah. Pada remaja yang sering berkelahi,
ditemukan bahwa mereka mengalami konflik batin, mudah frustrasi, memiliki emosi
yang labil, tidak peka terhadap perasaan orang lain, dan memiliki perasaan
rendah diri yang kuat. Mereka biasanya sangat membutuhkan pengakuan.
2. Faktor keluarga
Rumah tangga
yang dipenuhi kekerasan (entah antar orang tua atau pada anaknya) jelas
berdampak pada anak. Anak, ketika meningkat remaja, belajar bahwa kekerasan
adalah bagian dari dirinya, sehingga adalah hal yang wajar kalau ia melakukan
kekerasan pula. Sebaliknya, orang tua yang terlalu melindungi anaknya, ketika
remaja akan tumbuh sebagai individu yang tidak mandiri dan tidak berani
mengembangkan identitasnya yang unik. Begitu bergabung dengan teman-temannya,
ia akan menyerahkan dirnya secara total terhadap kelompoknya sebagai bagian
dari identitas yang dibangunnya.
3. Faktor sekolah
Sekolah
pertama-tama bukan dipandang sebagai lembaga yang harus mendidik siswanya
menjadi sesuatu. Tetapi sekolah terlebih dahulu harus dinilai dari kualitas
pengajarannya. Karena itu, lingkungan sekolah yang tidak merangsang siswanya
untuk belajar (misalnya suasana kelas yang monoton, peraturan yang tidak
relevan dengan pengajaran, tidak adanya fasilitas praktikum, dsb.) akan
menyebabkan siswa lebih senang melakukan kegiatan di luar sekolah bersama
teman-temannya. Baru setelah itu masalah pendidikan, di mana guru jelas
memainkan peranan paling penting. Sayangnya guru lebih berperan sebagai
penghukum dan pelaksana aturan, serta sebagai tokoh otoriter yang sebenarnya
juga menggunakan cara kekerasan (walau dalam bentuk berbeda) dalam “mendidik”
siswanya.
4. Faktor lingkungan
Lingkungan
di antara rumah dan sekolah yang sehari-hari remaja alami, juga membawa dampak
terhadap munculnya perkelahian. Misalnya lingkungan rumah yang sempit dan
kumuh, dan anggota lingkungan yang berperilaku buruk (misalnya narkoba). Begitu
pula sarana transportasi umum yang sering menomor-sekiankan pelajar. Juga
lingkungan kota (bisa negara) yang penuh kekerasan. Semuanya itu dapat
merangsang remaja untuk belajar sesuatu dari lingkungannya, dan kemudian reaksi
emosional yang berkembang mendukung untuk munculnya perilaku berkelahi.
Beberapa solusi
mencegah perkelahian/tawuran antar pelajar
1. Para Siswa wajib
diajarkan dan memahami bahwa semua permasalahan tidak akan selesai jika
penyelesaiannya dengan menggunakan kekerasan.
2. Lakukan
komunikasi dan pendekatan secara khusus kepada para pelajar untuk mengajarkan
cinta kasih.
3. Pengajaran ilmu
beladiri yang mempunyai prinsip penggunaan untuk menyelamatkan orang dan bukan
untuk menyakiti orang lain.
4. Ajarkan ilmu
sosial Budaya, ilmu sosial budaya sangat bermanfaat untuk pelajar khususnya,
yaitu agar tidak salah menempatkan diri di lingkungan masyarakat.
5. Bagi para orang
tua, mulailah belajar jadi sahabat anak-anaknya. Jangan jadi polisi, hakim atau
orang asing dimata anak. Hal ini sangat penting untuk memasuki dunia mereka dan
mengetahui apa yang sedang mereka pikirkan atau rasakan. Jadi kalau ada masalah
dalam kehidupan mereka orang tua bisa segera ikut menyelesaikan dengan bijak
dan dewasa.
6. Bagi para Polisi
dan aparat keamanan, jangan segan dan aneh untuk dekat dengan para pelajar
secara profesional, khususnya yang bermasalah-bermasalah itu. Lebih baik tidak
menggunakan acara-acara formal dalam pendekatan ini, melainkan masuk dengan
cara santai dan rileks. Upama ketika para pelajar ini cangkrukkan atau
kumpul-kumpul, ikutlah kumpul dengan mereka secara kekeluargaan dan gaul,
sehingga mereka akan merasa ada kepedulian dari negara atas masalah mereka.
Aparat Polisi dan keamanan yang gaul dan bisa mereka terima akan menjadi kode
bahwa negara memperhatikan generasi ‘lupa diri’ ini untuk kembali menjadi ingat
bahwa tak ada alasan yang cukup kuat bagi mereka menggelar tawuran.
7. Pada awal masuk
sekolah, sebagian pelajar yang tawuran ini sebenarnya jarang yang saling kenal.
Jika kemudian mereka menjadi beringas dengan orang yang sama sekali sebelumnya
tak dikenal, karena ada kata-kata, dendam, slogan, pemikiran, hasutan dan
sejenisnya yang masuk kepada mereka dari senior atau orang luar tentang
kejelekan sesama pelajar yang akhirnya jadi musuh. Inilah bahaya mulut, otak
dan hati yang harus dibersihkan kemudian diluruskan. Tak mungkin clurit
berbicara jika ketiga unsur tadi tidak rusak sebelumnya. Razia terhadap
benda-benda tajam itu mungkin efektif dalam masa pendek, namun untuk jangka
panjang perlu dirumuskan bagaimana melakukan brainwash kepada para pelajar ini
agar kembali ke jalan yang benar.
8. Buat sekolah
khusus dalam lingkungan penuh disiplin dan ketertiban bagi mereka yang terlibat
tawuran. Ini adalah cara memutus tali dendam dan masalah dalam dunia pelajar
kita. Jadi siapapun dan dari sekolah manapun yang terlibat tawuran, segera
tangkap dan masukkan dalam sekolah khusus yang memiliki kurikulum khusus bagi
mereka. Dengan jalan tersebut, setidaknya teman atau adik kelas mereka tak akan
lagi terpengaruh oleh ide-ide gila anak-anak yang suka tawuran ini. Tentu semua
hal tersebut harus didukung penuh oleh pemerintah dan semua pihak karena biaya
dan tenaga yang dibutuhkan awalnya akan sangat besar. Tapi apalah artinya semua
itu jika akhirnya kita akan menemukan kedamaian dalam dunia pendidikan kita.
9. Perbanyaklah
Kegiatan Ekstrakulikuler di Sekolah. Kegiatan yang biasa dilakukan sehabis
selesai KBM dapat mencegah sang pelajar dari kegiatan-kegiatan yang negatif.
Misalkan ekskul futsal, setelah selesai futsal pelajar pasti kelelahan sehingga
tidak ada waktu untuk keluyuran malam atau hang out dengan teman lainnya.
10.Pengembangan
bakat dan minat pelajar. Setiap sekolah perlu mengkaji salah satu metode ini,
sebagai acuan sekolah dalam mengarahkan mereka sesuai dengan keinginan mereka
sendiri dan tentunya orangtua pun menyetujuinya. Penelusuran bakat dan minat
bisa mengarahkan potensi dan bakat mereka yang terpendam.
11.Pendidikan Agama
dari sejak dini. Sangat penting sekali karena apabila seorang pelajar memiliki
basic agama yang baik tentunya bisa mencegah pelajar tersebut untuk berbuat
yang tidak terpuji karena mereka mengetahui akibatnya dari perbuatan tersebut. Agama
harus ditanamkan sejak dini, banyak sekolah-sekolah atau madrasah yang bisa
menjadi referensi pendidikan seorang anak dan biasanya mulai KBMnya siang
setelah selesai sekolah dasar. Dasar agama yang kuat membuat seorang pelajar
memiliki kepekaan yang tinggi terhadap lingkungan sekitarnya.
12.Boarding School (Sekolah
berasrama). Bisa menjadi salah satu alternatif mencegah pelajar dari tawuran.
Biasanya di sekolah ini, waktu belajar lebih lama dari sekolah umum. Ada yang
sampai jam 4 sore, setelah maghrib ngaji atau pelajaran agama. Selesai isya
pelajar biasanya pergi ke perpustakaan untuk belajar atau mengerjakan tugas.
Jam 8 malam, pelajar baru bisa istirahat atau lainnya. Sekolah ini sangat
efektif menurut saya, pelajar tidak ada waktu untuk berinteraksi dengan dunia
luar karena kesibukan mereka. Interaksi ada namun hanya satu kali dalam
seminggu.
No comments:
Post a Comment