Tips mendidik anak dengan
baik.
Adalah kewajiban bagi kita sebagai
orang tua atau pembimbing ( guru disekolah ) mendidik anak/siswa agar menjadi
yang terbaik. Tentunya hasil yang baik pasti diawali dari yang baik, terlebih
niat mendidik anak pun harus benar dan baik dulu. Biasa
terdengar diantara kita sebagai pendidik ungkapan atau kalimat “Anak saya ini nakal sekali”, kata
seorang ibu. atau ungkapan ini “Kamu
itu memang anak nakal”, kata seorang bapak.
Dua kalimat tadi hampir sering kita dengarkan dalam
kehidupan sehari-hari. Sangat sering kita mendengar orang tua menyebut anaknya
dengan istilah nakal, padahal kadang maksudnya sekadar mengingatkan anak agar
tidak nakal. Namun apabila anak konsisten mendapatkan sebutan nakal, akan
berpengaruh pada dirinya.
Predikat-predikat buruk memang cenderung memiliki dampak yang
buruk pula. Nakal adalah predikat yang tak diinginkan oleh orang tua, bahkan
oleh si anak sendiri. Namun, seringkali lingkungan telah memberikan predikat
itu kepada si anak: kamu anak nakal, kamu anak kurang ajar, kamu anak susah
diatur, dan sebagainya. Akibatnya, si anak merasa divonis.
Hindari Sebutan Nakal
Jika tuduhan nakal itu diberikan
berulang-ulang oleh banyak orang, akan menjadikan anak yakin bahwa ia memang
nakal. Bagaimanapun nakalnya si anak, pada mulanya tuduhan itu tidak
menyenangkan bagi dirinya. Apalagi, jika sudah sampai menjadi bahan tertawaan,
cemoohan, dan ejekan, akan sangat menggores relung hatinya yang paling dalam.
Hatinya luka. Ia akan berusaha melawan tuduhan itu, namun justru dengan tindak
kenakalannya yang lebih lanjut.
Hendaknya orang tua menyadari bahwa mengingatkan kesalahan anak
tidak identik dengan memberikan predikat “nakal” kepadanya. Nakal itu —di
telinga siapa pun yang masih waras— senantiasa berkesan negatif. Siapa tahu,
anak menjadi nakal justru lantaran diberi predikat “nakal” oleh orang tua atau
lingkungannya!
Mengingatkan kesalahan anak hendaknya dengan bijak dan kasih
sayang. Bagaimanapun, mereka masih kecil. Sangat mungkin melakukan kesalahan
karena ketidaktahuan, atau karena sebab-sebab yang lain. Namun, apa pun bentuk
kenakalan anak, biasanya ada penyebab yang bisa dilacak sebagai sebuah bahan
evaluasi diri bagi para pendidik dan orang tua.
Banyak kisah tentang anak-anak kecil yang cacat atau meninggal
di tangan orang tuanya sendiri. Cara-cara kekerasan yang dipakai untuk
menanggulangi kenakalan anak seringkali tidak tepat. Watak anak sebenarnya
lemah dan bahkan lembut. Mereka tak suka pada kekerasan. Jika disuruh memilih
antara punya bapak yang galak atau yang penyabar lagi penyayang, tentu mereka
akan memilih tipe kedua. Artinya, hendaknya orang tua berpikiran “tua” dalam
mendidik anak-anaknya, agar tidak salah dalam mengambil langkah.
Sekali lagi, jangan
cepat memberi predikat negatif.
Hal itu akan membawa dampak psikologis yang traumatik bagi anak. Belum tentu
anak yang sulit diatur itu nakal, bisa jadi justru itulah tanda-tanda
kecerdasan dan kelebihannya dibandingkan anak lain. Hanya saja, orang tua
biasanya tidak sabar dengan kondisi ini.
Ungkapan bijak Dorothy Law Nolte dalam syair Children Learn What They Live berikut bisa dijadikan sebagai bahan perenungan,
Ungkapan bijak Dorothy Law Nolte dalam syair Children Learn What They Live berikut bisa dijadikan sebagai bahan perenungan,
Bila anak sering dikritik,
ia belajar mengumpat
Bila anak sering dikasari, ia belajar berkelahi
Bila anak sering diejek, ia belajar menjadi pemalu
Bila anak sering dipermalukan, ia belajar merasa bersalah
Bila anak sering dimaklumi, ia belajar menjadi sabar
Bila anak sering disemangati, ia belajar menghargai
Bila anak mendapatkan haknya, ia belajar bertindak adil
Bila anak merasa aman, ia belajar percaya
Bila anak mendapat pengakuan, ia belajar menyukai dirinya
Bila anak diterima dan diakrabi, ia akan menemukan cinta.
Bila anak sering dikasari, ia belajar berkelahi
Bila anak sering diejek, ia belajar menjadi pemalu
Bila anak sering dipermalukan, ia belajar merasa bersalah
Bila anak sering dimaklumi, ia belajar menjadi sabar
Bila anak sering disemangati, ia belajar menghargai
Bila anak mendapatkan haknya, ia belajar bertindak adil
Bila anak merasa aman, ia belajar percaya
Bila anak mendapat pengakuan, ia belajar menyukai dirinya
Bila anak diterima dan diakrabi, ia akan menemukan cinta.
Cara Pandang Positif
Hendaknya orang tua selalu memiliki cara pandang positif terhadap anak. Jika anak sulit diatur, maka ia berpikir bahwa anaknya kelebihan energi potensial yang belum tersalurkan. Maka orang tua berusaha untuk memberikan saluran bagi energi potensial anaknya yang melimpah ruah itu, dengan berbagai kegiatan yang positif. Selama ini anaknya belum mendapatkan alternatif kegiatan yang memadai untuk menyalurkan berbagai potensinya. Dengan cara pandang positif seperti itu, orang tua tidak akan emosional dalam menghadapi ketidaktertiban anak. Orang tua akan cenderung introspeksi dalam dirinya, bukan sekadar menyalahkan anak dan memberikan klaim negatif seperti kata nakal. Orang tua akan lebih lembut dalam berinteraksi dengan anak-anak, dan berusaha untuk mencari jalan keluar terbaik. Bukan dengan kemarahan, bukan dengan kata-kata kasar, bukan dengan pemberian predikat nakal.
Hendaknya orang tua selalu memiliki cara pandang positif terhadap anak. Jika anak sulit diatur, maka ia berpikir bahwa anaknya kelebihan energi potensial yang belum tersalurkan. Maka orang tua berusaha untuk memberikan saluran bagi energi potensial anaknya yang melimpah ruah itu, dengan berbagai kegiatan yang positif. Selama ini anaknya belum mendapatkan alternatif kegiatan yang memadai untuk menyalurkan berbagai potensinya. Dengan cara pandang positif seperti itu, orang tua tidak akan emosional dalam menghadapi ketidaktertiban anak. Orang tua akan cenderung introspeksi dalam dirinya, bukan sekadar menyalahkan anak dan memberikan klaim negatif seperti kata nakal. Orang tua akan lebih lembut dalam berinteraksi dengan anak-anak, dan berusaha untuk mencari jalan keluar terbaik. Bukan dengan kemarahan, bukan dengan kata-kata kasar, bukan dengan pemberian predikat nakal.
No comments:
Post a Comment